I. PENDAHULUAN
Mata merupakan organ yang paling peka dari manusia. Oleh karena itu sediaan obat mata mensyaratkan kualitas yang lebih tajam. Tetes mata harus efektif dan tersatukan secara fisiologis (bebas rasa nyeri, tidak merangsang) dan steril.
Yang dimaksud sebagai obat mata adalah tetes mata, salap mata, pencuci mata dan beberapa bentuk pemakaian yang khusus serta inserte sebagai bentuk depo, yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau terluka. Obat mata digunakan untuk menghasilkan efek diagnostik dan terapetik lokal, dan yang lain untuk merealisasikan kerja farmakologis, yang terjadi setelah berlangsungnya penetrasi bahan obat dalam jaringan yang umumnya terdapat disekitar mata.Pada umumnya bersifat isotonis dan isohidris
a. Latar Belakang
Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet, sterilisasi dan kemasan yang tepat. Zat tambahan yang biasa dipakai adalah dapar pH, pengatur tonisitas (NaCl), pengatur viskositas (contoh PEG, PVP), pengatur tegangan permukaan, dan pengawet
Cairan mata isotonik dengan darah dan nilai isotonisitasnya sama dengan larutan NaCl P 0,9 %. Tujuan penggunaan dapar pH adalah untuk mencegah kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil dari wadah kaca. Kenaikan pH dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. Garam alkaloid paling efektif pada pH optimal untuk pembentukan basa bebas tidak terdisosiasi. Tetapi pada pH ini obat mungkin menjadi tidak stabil, sehingga pH harus diatur dan dipertahankan tetap dengan penambahan dapar. Air mata mempunyai kapasitas dapar yang baik. Obat mata akan merangsang pengeluaran air mata dan penetralan akan terjadi dengan cepat asalkan kapasitas dapar larutan obat tersebut kecil (jumlah mol asam dan basa konjugat dari pendapar kecil). Garam alkaloid bersifat asam lemah dan kapasitas daparnya lemah. Satu atau dua tetes larutan obat mata ini akan dinaikkan pHnya oleh air mata
II. PEMBAHASAN
Obat tetes mata atau Guttae Opthalmicae adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata. Seperti obat tetes mata dan pencuci mata
1. TETES MATA
Untuk membuat sediaan yang tersatukan, maka faktor-faktor berikut hendaknya diperhatikan :
a. Steril atau miskin kuman
Pemakaian tetes mata yang terkontaminasi mikroorganisme dapat terjadi rangsangan berat yang dapat menyebabkan hilangnya daya penglihatan atau tetap terlukanya mata sehingga sebaiknya dilakukan sterilisasi akhir (sterilisasi uap) atau menyaring larutan dengan filter pembebas bakteri.
b. Kejernihan (bebas atau miskin bahan melayang)
Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari rangsangan akibat bahan padat. Sebagai material penyaring digunakan leburan gelas, misalnya Jenaer Fritten dengan ukuran pori G 3 – G 5.
c. Pengawetan
Dengan pengecualian sediaan yang digunakan pada mata luka atau untuk tujuan pembedahan, dan dapat dibuat sebagai obat bertakaran tunggal, maka obat tetes mata harus diawetkan. Pengawet yang sering digunakan adalah thiomersal (0.002%), garam fenil merkuri (0,002%), garam alkonium dan garam benzalkonium (0,002-0,01%), dalam kombinasinya dengan natrium edetat (0,1%), klorheksidin (0,005-0,01%), klorbutanol (0,5%), dan benzilalkohol (0,5-1%).
d. Tonisitas
Sediaan tetes mata sebaiknya dibuat mendekati isotonis agar dapat diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat mencuci keluar bahan obatnya. Untuk membuat larutan mendekati isotonis, dapat digunakan medium isotonis atau sedikit hipotonis, umumnya digunakan natrium-klorida (0,7-0,9%) atau asam borat (1,5-1,9%) steril.
e. Pendaparan
Mirip seperti darah. Cairan mata menunjukan kapasitas dapar tertentu. Yang sedikit lebih rendah oleh karena system yang terdapat pada darah seperti asam karbonat, plasma, protein amfoter dan fosfat primer – sekunder, juga dimilikinya kecuali system – hemoglobin – oksi hemoglobin. Harga pHnya juga seperti darah 7,4 akan tetapi hilangnya karbondioksida dapat meningkatkannya smapai harga pH 8 – 9. pada pemakain tetes biasa yang nyari tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan harga pH 7,3 – 9,7. daerah pH dari 5,5 – 11,4 masih dapat diterima. Tetes mata didapar atas dasar beberapa alasan yang sangat berbeda. Misalnya untuk memperbaiki daya tahan (penisilina), untuk mengoptimasikan kerja (misalnya oksitetrasiklin) atau untuk mencapai kelarutan yang memuaskan (misalnya kloromfenikol). Pengaturan larutan pada kondisi isohidri (pH = 7,4) adalah sangat berguna untuk mencapai rasa bebas nyeri yang sempurna, meskipun hal ini sangat sulit direalisasikan. Oleh karena kelarutan dan stabilitas bahan obat dan sebagian bahan pembantu juga kerja optimum disamping aspek fisiologis (tersatukan) turut berpengaruh.
f. Viskositas dan aktivitas permukaan
Tetes mata dalam air mempunyai kerugian, oleh karena mereka dapat ditekan keluar dari saluran konjunktival oleh gerakan pelupuk mata. Oleh karena itu waktu kontaknya pada mata menurun. Melalui peningkatan viskositas dapat dicapai distribusi bahan aktif yang lebih baik didalam cairan dan waktu kontak yang lebih panjang. Lagi pula sediaan tersebut memiliki sifat lunak dan licin sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Oleh Karena itu sediaan ini sering dipakai pada pengobatan keratokonjunktifitis. Sebagai peningkat viskositas digunakan metal selulosa dan polivinilpiroridon (PVP).
Aspek-aspek tersebut sangat jarang dalam kondisi optimal pada harga pH fisiologis. Harga pH yang tepat yang dimiliki larutan, merupakan harga kompromis antara faktor-faktor yang telah disebutkan tadi. Harga itu disebut sebagai harga euhidris misalnya garam alkaloida yang umumnya dipakai sebagai tetes mata memiliki stabilitas maksimal dalam daerah pH 2 – 4, yang jelas sangat tidak fisiologis. Hal yang sama terjadi pada anestetikal lokal untuk terapi mata (stabilitas maksimumnya pada harga pH 2,3 -5,4). Yang terakhir ini dengan menaiknya harga ph juga menunjukan peningkatan efektifitas atas dasar membaiknya penettrasi pada kornea. Dengan mempertimbangkan keseimbangan fisiologisnya, larutan ini dieuhidritkan sampai pada harga pH 5, 5 – 6,5.
Penyeimbangan pH pada umumnya dilakukan dengan larutan dapar isotonis. Larutan dapar berikut digunakan secara internasional:
- Dapar natrium asetat – asam borat, kapasitas daparnya tinggi dalam daerah asam.
- Dapar fospat, kapasitas daparnya tinggi dalam daerah alkalis.
Jika harga pH yang ditetapkan atas dasar stabilitas berada diluar daerah yang dapat diterima secara fisiologis, diwajibkan untuk menambahkan dapar dan melakukan pengaturan pH melalui penambahan asam atau basa. Larutan yang dibuat seperti itu praktis tidak menunjukan kapasitas dapar sehingga oleh cairan air mata lebih mudah diseimbangkan pada harga fisiologis dari pada larutan yang didapar. Antara isotonis dan euhidri terdapat kaitan yang terbatas dalam hal tersatukannya secara fisiologis. Yakni jika satu larutan mendekati kondisi isotonis, meskipun tidak berada pada harga pH yang cocok masih dapat tersatukan tanpa rasa nyeri.
A.CONTOH TETES MATA
• Obat tetes mata anti glaukoma
Glaukoma adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-bagian retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi pengelihatan.
Salah satu obat yang dapat digunakan sebagai anti glaukoma adalah obat adrenergik seperti epinefrin (0,25 – 2%), fenilefrin (2,5 - 10%), dan lain-lain. Obat-obat adrenergik ini tidak menimbulkan siklopegia. Epinefrin, dengan dosis yang lebih kecil dari fenilefrin, efektif digunakan sebagai obat glaukoma.
Epinefrin digunakan untuk mengurangi tekanan intraokuler pada penderita glaukoma sudut lebar berdasarkan efek vasokonstriksi lokal yang menyebabkan pembentukan cairan mata berkurang.
Pembahasan :pasien dengan penderita glaukoma memiliki kelebihan cairan pada bola mata yang menyebabkan mata membengkak. Karena itu digunakan obat mata hipertonis, sehingga cairan yang ada di mata ditarik dari yang
• Obat tetes mata tetrasiklin hcl
Tetrasiklin merupakan antibiotik paling luas spektrumnya, aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif, spiroket, mikoplasma, riketsia, klamidia dan protozoa tertentu. Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air,tetapi bentuk garam Natrium atau garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering bentuk garam HCL tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam bentuk larutan tetrasiklin sangat labil jadi cepat berkurang potensinya..
2. SEDIAAN PENCUCI MATA
Kolirium atau cairan pencuci mata adalah sediaan berupa larutan steril jernih, bebas jasad renik, isotonis, digunakan untuk membersihkan mata. Dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet (Formularium Nasional Edisi II, Hal 310).
Kolirium dibuat dengan melarutkan obat dalam air, saring hingga jernih, masukkan dalam wadah, tutup dan sterilkan. Alat dan wadah yang digunakan dalam pembuatan kolirium harus bersih dan steril.
Kolirium memiliki nilai isotonis yang ekivalen dengan natrium klorida 0,9 %. Batas toleransi terendah setara dengan natrium klorida 0,6 % dan batas tertinggi setara dengan natrium kolrida 2,0 % tanpa gangguan yang nyata. Nilai pH air mata normal lebih kurang 7,4. Range pH untuk larutan mata yang masih di perbolehkan adalah 4,5 – 9. ( FI IV, Hal 13 ). Nilai pH air mata normal + 7,4. Range pH untuk larutan mata yang masih diperbolehkan adalah 4,5 – 9,0 (FI IV hal. 13).
Persyaratan bagi obat cuci mata adalah :
1. Nilai isotonisitas
Cairan mata isotonik dengan darah dan mempunyai nilai isotonisitas sesuai larutan Natrium Klorida 0,9 %.
2. Pendaparan
Air mata normal memiliki pH kurang lebih 7,4 oleh karena itu sistem dapar harus dipilih sedekat mungkin dengan pH fisiologis.
3. Steril
Untuk zat aktif tahan panas, sterilisasi akhir dengan autoklaf. Jika memungkinkan, penyaringan membran.
4. Pengawet
Untuk cuci mata takaran ganda.
5. Persyaratan lain adalah jernih (Farmakope Indonesia Ed IV, hal.13)
A.SEDIAAN PENCUCI MATA ANTARA LAIN
• Pencuci mata untuk mata merah bengkak
Mata merah,bengkak dan berair dapat disebabkan karena terinfeksi jamur atau bakteri,atau bisa juga disebabkan karena adanya luka didalam mata sehingga mata teriritasi dan menimbulkan mata merah,bengkak dan berair. Larutan pencuci mata Asam borat ini berkhasiat sebagai fungistatik dan bakteriostatik sehingga dapat mengobati mata merah, berair dan bengkak.
• Pencuci mata anti fungi
Mata yang terinfeksi oleh jamur atau bakteri bisa menyebabkan mata menjadi merah, bengkak dan berair. Hal ini dapat diatasi dengan larutan pencuci mata dengan asam borat sebagai zat aktif. Dimana asam borat berkhasiat sebagai fungistatik dan bakteriostatik lemah serta natrium borat sebagai pendapar juga bisa sebagai antibakteri sehingga dapat mengobati iritasi pada mata.
3. CARA KERJA
Menggunakan metode Sterilisasi akhir dengan Otoklaf
• •Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
• •Kalibrasi botol, vial, botol tetes mata/larutan untuk cuci mata
• Timbang bahan-bahan yang digunakan
• Sterilisasikan alat – alat dan botol serta bahan tetes mata
• •Buat aqua pro injeksi ( aqua mendidih , setelah mendidih 15 menit , + H2O2, lalu panaskan 15 menit, lalu dinginkan )
• •Larutkan zat aktif dalam pelarutnya…...(jika ada yang perlu diserus, maka zat aktif digerus terlebih dahulu, untuk meningkatkan kelarutan)
• Tambahkan aqua pro injeksi ad ....
• •Cek pH (berdasarkan pH sediaan)
• •Masukan dalam wadah
• •Lakukan sterilisasi dalam autoklaf 121oC, 15 menit
• •Diberi etiket, dikemas dalam dus dan diserahkan
Menggunakan teknik aseptik dalam ruangan LAF
• Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
• •Kalibrasi botol, vial, botol tetes mata/larutan untuk cuci mata
• Timbang bahan-bahan yang digunakan
• Sterilisasikan alat – alat ,botol dan bahan tetes mata
• •Buat aqua pro injeksi ( aqua mendidih , setelah mendidih 15 menit , + H2O2, lalu panaskan 15 menit, lalu dinginkan )
• • Sterilkan semua alat dan bahan yang digunakan sesuai dengan cara sterilisasi masing-masing.
• • Larutkan bahan-bahan dalam aqua p.i.
• • Cek pH.
• • Lakukan sterilisasi dengan cara filtrasi menggunakan filter membran 0,22 µm di LAF (dispensasi menggunakan kertas saring), lalu masukkan dalam wadah, tutup
• •Diberi etiket, dikemas dalam dus dan diserahkan
Contoh
Uji sterilitas tetes mata kloramfenikol dilakukan dengan cara menyemprot vial dengan alkohol 40%, membuka tutup vial dengan pinset yang telah dipanaskan dengan spiritus, memanaskan pinggiran vial pada bagian atas dengan spiritus, mengambil larutan tetes mata kloramfenikol dalam vial sebanyak 5 ml dengan spuit injeksi, membuka tutup tabung reaksi yang berisi media tioglikolat dari aluminium foil dan kapas menggunakan pinset yang telah dipanaskan dengan spiritus, memanaskan bagian atas tabung reaksi yang berisi media tioglikolat dengan spiritus, memasukkan 5 ml larutan tetes mata kloramfenikol ke dalam tabung reaksi berisi media tioglikolat menggunakan spuit injeksi, menutup kembali tabung reaksi dengan kapas dan aluminium foil menggunakan pinset, menginkubasi selama 7 hari dengan suhu 30-350C di dalam inkubator, mengamati yang terjadi pada tabung reaksi yang telah ditambahkan sediaan tetes mata kloramfenikol.
III. MENGHINDARI KETIDAKSTERILAN SUATU SEDIAAN
Dalam hal ini untuk menghindarkan terjadinya ketidaksterilan suatu sediaan dapat dilakukan seperti :
1. Area tempat kerja yang steril yaitu dengan melakukan kerja didalam laminar flow dan ruang khusus steril.
2. Alat untuk keperluan kerja akseptis perlu di sterilisasi terlebih agar tidak terjadi kontaminen pada biakan. Kontaminen terjadi apabila alat yang tidak steril sehingga bakteri yang masih terdapat dialat kita pakai melekat pada sediaan steril yang kita buat sehingga pada akhirnya menjadi tidak steril.
3. Pekerjaan dilakukan secara cepat dan efisien. Karena pertumbuhan bakteri sangat berpengaruh terhadap faktor lingkungan sehingga dengan melakukan kerja yang cepat dan efisien, faktor-faktor lingkungan yang dapat menyebabkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi dapat diberkecil atau bahkan tidak ada sama sekali. Faktor-faktor tersebut misalnya suhu, kelembaban, pH, tekanan osmotik, sinar gelombang, dan pengeringan. Proses pertumbuhan bakteri bergantung pada reaksi kimiawi dan karena laju reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh suhu, maka pola pertumbuhan bakteri dapat sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan organisme.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
obat mata adalah tetes mata, salap mata, pencuci mata dan beberapa bentuk pemakaian yang khusus serta inserte sebagai bentuk depo, yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau terluka. Obat mata digunakan untuk menghasilkan efek diagnostik dan terapetik lokal, dan yang lain untuk merealisasikan kerja farmakologis, yang terjadi setelah berlangsungnya penetrasi bahan obat dalam jaringan yang umumnya terdapat disekitar mata.Pada umumnya bersifat isotonis dan isohidris
Tetes mata dan pencuci mata dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti; steril, pengawet, jernih, tonisitas, pendapar,viskositas dan aktifitas permukaan.Serta cara kerjanya bisa dilakukan dengan cara sterilisasi akhir atau dengan cara aseptis
2.Saran
Pengerjaan dalam hal sediaan steril wajib diperhatikan dalam segala hal, maksudnyaa segala hal dalam pembuatan sediaan steril ini wajib steril dan bebas dari mikroba baik itu dalam hal alat, tempat, ataupun proses pembuatannya, sehingga hasil yang didapatkan nantinya merupakan hasil terbaik yang bebas dari mikroba dan steril.
V. DAFTAR PUSTAKA
• Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta.
• Depkes RI, 1995. Formulariun Nasional Edisi IV, Jakarta.
• www.blogger.pendahulian obat tetes mata steril/12023
• http://mfi.ugm.ac.id
• http://mfi.ugm.ac.id/?pilih=news&aksi=lihat&id=110
Tidak ada komentar:
Posting Komentar