Sabtu, 13 Juni 2009

Distribusi Obat

Secara umun dapat diartikan sebagai proses pemindahan barang dari suatu tempat ke tempat lain seperti:
• Pemindahan dari supplier ke gudang pabrik(GP
• Pemindahan dari GP ke unit produksi atau pemakai
• Pemindahan produk dari unit produksi ke GP
• Pemindahan dari GP ke gudang cabang pabrik(GCP)
• Pemindahan GP/GCP ke gudang distributot (GD)
• Pemindahan GD ke gudang cabang distributor
• Pemindahan GD/GCD kepengencer
• Pemindahan dari pengencer ke konsumen
• Proses pemindahan tersebut dapat berlangsung cepat atau lama bahkan dapat membutuhkan waktu beberapa hari tergantung jarak,kualitas transportasi seperti jalan dan alat angkut
• Selama proses pemindahan mutu dan jumlah barang harys tetap dapat dipertahankan,karena itu alat angkut harus memiliki fasilitas untuk menjaga mutu dan keamanan barang
• Proses komunikasi dan administrasi juga merupakan factor penting dalam proses distribusi

Distribusi dapat dilakukan dengan 2 cara:
1. Sentaralisasi :seluruh kebutuhan user disuplai dari gudang pusat
2. Desentralisasi : seluruh kebutuhan user disuplai dari depo(satelit) yang berada didekat atau disekitar user. Persediaan Depo display Gudang pusat

Keduanya mempunyai keuntungan dan kerugian,system mana yang akan ddipakai tergantung pada situasi dan kondisi masing-masing RS. Bila jarak dan alat angkut merupakan kendala sebaiknya disentralisasi dan bila tidak gunakan sentralisasi. Selanjutnya distribusi dapat dilakukan dengan metode:
1. Floor stock
Seluruh kebutuhan pelayanan baik untuk keperluan emergency,dasar ruangan maupun individu penderita dari gudang pusat(ssentralisasi) atau depo farmasi(disentralisasi) dikirim dan disimpan ditempat pelayanan/ruang user. Kebutuhan obat langsung dapat dilayani perawatan tanpa harus menembus/ mengambil ketempat pelayanan farmasi, sehingga farmasis tidak terlibat sama sekali dalam proses review resep senbelum obat disiapkan
2. Resep individu
Hanya kebutuhan emergency dan dasar ruangan saja yang dikirim dari gudang pusat atau depo farmasi dan disimpan ditempat pelayan/ruang user, sedangkan kebutuhan individu diresepkan dan ditembus/diambil oleh perawat atau keluaraga ditempat pelayanan obat/apotik dengan system cash and carry(seperti layaknya pengambilan resep biasa). Disini farmasis terlibat dalam proses sebelum obat disiapkan
3. Kombinasi
Tidak ssperti ad 1 disini tidak seluruhnya disediakan ditempat pelayanan jadi tetap ada yang harus diambil ketempat pelayanan farmasi
4. Unit Dose
Seperti ad 2 hanya bedanya obat tidak diserahkan seluruhnya tetapi umumnya diserahkan dan discharge hanya kebutuhan 24 jam saja. Ketelitian dan disiplin yang ketat dalam menangani masalah distribusi/penyaluran yang merupakan unsure yang sangat penting untuk memnuhi ketepatan seperti diharapkan oleh fungsi kebutuhan. Dan factor pengendalian akan membantu banyak hal penyempurnaan fungsi penyaluran/distribusi tersebut. Setiap saat perlu monitoring dan usaha-usaha yang mendorong kelancaran=expediting agar tahap-tahap penyaluran dari proses manufacturing,transportation dan barang-barang dating tepat pada waktu yang diperlukan
Pendistribusian juga harus sesuai dengan permintaan,tepat waktu,tepat jumlah serta sesuai dengan spesifikasinya. Pengeluaran barang dalam pendistribusian harus dengan perencanaan yang diminta oleh user.Mekanisme pengeluaran barang adalah sesuai dengan prinsip FIFO dan FEFO

Manfaat Sistem Unit Dose:
• Setiap instruksi pengobatan dapar direview oleh farmasi
• Setiap kemungkinan terjadinya kesalahan/kekurangan adaministrasi dan farmasetika dapat segera diketahui oleh farmasis
• Demikianpula dengan kemungkinan adanya kesalahan klinik dapat segera diketahui oleh farmasis untuk segera didiskusikan pemecahannya bersama dokter,sehingga kesalahan seperti ketidaksamaan obat,under/over dosis,efek samping,efek toksis maupun interaksi obat dapat segera mungkin diketahui
• Biaya pengobatan yang harus ditanggung oleh penderita menjadi lebih rendah karena yang dibayar hanyalah untuk obat/barang farmasi yang dipakai saja
• Penyimpanan,peracikan dan penyiapan sepenuhnya oleh farmasis
• Waktu perawatan untuk melakukan perawatan bertambah banyak
• Baik farmasis maupun perawat dapat lebih melakukan pekerjaan yang sesuai dengan background pengetahuaanya
• Inventory obat/barang farmasi diruang pesawat menjadi minimal
• Interaksi antara ketiga unsure health Provider(dokter,farmasis,perawat) lebih nyata dalam emberikan pelayanan terbaik kepada pasien
• Billing oabt dapat segera disiapkan

Alur pelayanan resep individu:
A.
PASIEN DOKTER

PERAWAT
KELUARGA

PERAWAT APOTIK RS APOTIK LUAR

KELUARGA
KEUANGAN:
• Pada umumnya di RS swasta
• Bila tidak ada persediaan:a.Apotik RS yang mencari,
b.Diserahkan kepada keluaraga(jarang)
• Seluruh obat diresepkan diserahkan sebelum dipakai disimpan di nurse station
• Penagihan obat oleh keuangan

B. PASUEN DOKTER

PERAWAT PERAWAT

KELUARGA INSTALANSI FARMASI KELUARGA

APOTIK LUAR
• Pada umumnya di RS pemerintah
• Bila tidak ada persediaan ke apotik luar
• Semua obat sebelum digunakan disimpan di Nurse Station
• Tidak ada panagihan obat karena sistemnya cash and carry

C. PASUEN DOKTER

PERAWAT

INSTALANSI FARMASI

PERAWAT UNIT DOSE
Contohnya:
• Di nurse station hanya obat untuk 24 jam sisanya ada di farmasi
• Biaya obat yang dihitung hanya obat yang digunakan
• Yang tidak digunakan tidak dibebankan kepada pasien(obat sisa)

Tidak jarang terjadi keadaan pasien semakin berat setelah menerima pengobatan ataupun masuk kembali ke RS setelah sebelumnya dunyatakan sembuh. Keadaan ini tentu saja sangat merugikan pasien baik secara klinis,psikologis maupun materi. Penggunaan obat yang rasional atau good prescribing adalah penggunaan/pemberian obat yang tepat indikasi,tepat dosis,tepat waktu,lama pemberian dan tepat cara pemberian dengan mempertimbangkan ratio menfaat resiko dan terjangkau.
Mengingat sedemikian banyaknya obat yang beredar baik kualitas maupun kuantitas serta minimnya informasi yang diberikan serta factor udaya dan sikap dokter maupun pasien sendiri, maka dalam prakteknya tidaklah mudah unuk menggunakan obat secara rasional

Beberapa pedoman dalam pemberian obat:
• Sebenarnya tidak semua pasien tidak diberikan obat, tidak jarang pasien tersebut disuruh istirahat saja cukup atau disarankan untuk mengubah cara hidup maupun diet dll
• Keberhasilan pengobatan sangat tergantung pada:
1. Ketepatan alat diagnosa yang digunakan
2. Ketepatan menegakkan diagnosa
3. Ketepatan obat/zat berkhasiat yang akan digunakan
4. Ketepatan memilih obat dari merk yang ada
5. Penyampaian informasi kepada pasien
• Yakin pasien bahwa:
1. Dalam pengobatan tidak harus selalu disuntik
2. Bukanlah mahalnya harga obat yang menentukan baik tidaknya suatu obat
• Hindari penggunaan obat kombinasi kecuali efek terapinya lebih baik dan efek sampingnya tidak lebih jelek dari obat tunggal
• Sebaiknya hindari terapi sistomatik yang berkepanjangan
• Hindari polypharmacy bila diagnosa belum jelas ataupun pasien lanjut usia
• Pertimbangkan selalu manfaat/resiko
• Pertimbangkan usia,jenis kelamin,berat badan,fungsi hati,fungsi ginjal,kehamilan,menyusui, penyakit lain,kepatuhan
• Pada keadaan darurat berikan obat yang paling efektif dan paling cepat menimbulkan efek yang menjadi pertimbangan utama bukan factor harga ataupun terbatasnya persediaan

Apakah obat yang perlu diberikan:
• Pemberian obat lebih besar manfaatnya dari pada resiko samping
• Tidak semua keluhan/penderitaan pasien harus diberikan obat
1. Pemberian antibiotic broad sprektum pada penderita disentri basiler tidak banyak manfaatnya malahan dapat memperpanjang diare
2. Manfaat pemberian serebrat vasodilator pada Demensa senilis masih diragukan
3. pemberian vitamin hanya bermanfaat pada keadaan defisiensi
4. Demikian juga halnya dengan pemberian mineral

Keadaan diatas sering terjadi karena keraguan akan diagnosa yang ditegakkan kurangnya waktu wawancara ataupun waktu pemeriksaan yang mendalam. Pasien sendiri sering tidak puas kalau tidak diberi resep.Malahan ada pasien yang baru puas bila sudah disuntik.

Tidak ada komentar: